Rabu, 23 Desember 2009

HERNIA

HERNIA


A. Pengertian
Hernia adalah suatu penonjolan isi perut dari rongga yang normal melalui lubang kongenital atau didapat (Manjoer Arif, 2000 : 313).
Hernia merupakan produksi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan. Pada hernia abdomen isi perut menonjol melalui defek atau bagian-bagian lemah dari lapisan muscular aponeurotik dinding perut. Hernia terdiri dari cincin, kantong dan isi hernia (R. Syamsuhidajat, Wim Dejong, 1998 : 700).
Hernia adalah penonjolan gelung atau ruas organ jaringan melalui lubang abnormal (Dorlands WA Newman, 2002 : 997).
Hernia adalah penonjolan abnormal suatu organ atau bagian suatu organ melalui lubang pada struktur di sekitarnya, umumnya profusion organ abdominal melalui celah pada dinding abdomen (Hinchliff, Sue 1999 : 206).
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa hernia adalah herniasi omentum (lipatan peritoneum yang memanjang dari lambung ke organ abdomen yang berdekatan), usus, atau struktur tubuh lainnya melalui dinding abdomen.

Dilihat dari macam dan jenis hernia, maka dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Berdasarkan terjadinya :
a. Hernia bawaan atau congenital
Hernia yang terdapat pada waktu lahir.
b. Hernia dapatan atau akuisita
Hernia yang disebabkan oleh pengangkatan benda berat atau strain atau cedera berat.
2. Menurut letaknya
Ada beberapa jenis hernia menurut letaknya, diantaranya hernia inguinal yaitu hernia lengkung usus ke dalam kanalis inguinalis.
3. Menurut sifatnya
a. Hernia Reponibel
Isi hernia dapat keluar masuk usus, keluar jika berdiri atau mengejan dan masuk lagi jika berbaring atau didorong masuk, tidak ada keluhan nyeri atau gejala abstruksi usus.
b. Hernia Irreponibel
Bila isi kantong hernia tidak dapat dikembalikan ke dalam rongga. Ini biasanya disebabkan oleh perlekatan isi kantong pada peritonium kantong hernia.
c. Hernia Inkarserata
Isi kantong tertangkap tidak dapat kembali ke dalam rongga perut disertai akibatnya yang berupa gangguan pasage. Dapat juga diartikan hernia irreponible yang sudah disertai dengan gejala ileus yaitu tidak dapat flatus. Jadi pada keadaan ini terjadi obstruksi jalan makan.
d. Hernia Strangulata
Hernia irreponible dengan gangguan vaskulerisasi mulai dari bendungan sampai nekrosis.
4. Hernia menurut terlihat atau tidaknya
a. Hernia Externa
Hernia yang menonjol keluar malalui dinding perut, pinggang atau perineum.
b. Hernia Interna
Tonjolan usus tanpa kantong hernia melalui suatu lubang dalam rongga perut seperti foramen winslow, ressesus retrosekalis atau defek dapatan pada mesinterium. Umpamanya setelah anatomi usus.
(Syamsuhidayat, 1998 : 701)

B. Etiologi
1. Kongenital
Terjadi sejak lahir adanya defek pada suatu dinding rongga.
2. Didapat (akquisita)
Hernia ini didapat oleh suatu sebab yaitu umur, obesitas, kelemahan umum, lansia, tekanan intra abdominal yang tinggi dan dalam waktu yang lama misalnya batuk kronis, gangguan proses kencing, kehamilan, mengejan saat miksi, mengejan saat defekasi, pekerjaan mengangkat benda berat (Mansjoer, Arif : 2000 : 314).
C. Pathofisiologi
Terjadinya hernia disebabkan oleh dua faktor yang pertama adalah faktor kongenital yaitu kegagalan penutupan prosesus vaginalis pada waktu kehamilan yang dapat menyebabkan masuknya isi rongga pertu melalui kanalis inguinalis, faktor yang kedua adalah faktor yang dapat seperti hamil, batuk kronis, pekerjaan mengangkat benda berat dan faktor usia, masuknya isi rongga perut melalui kanal ingunalis, jika cukup panjang maka akan menonjol keluar dari anulus ingunalis ekstermus. Apabila hernia ini berlanjut tonjolan akan sampai ke skrotum karena kanal inguinalis berisi tali sperma pada laki-laki, sehingga menyebakan hernia. Hernia ada yang dapat kembali secara spontan maupun manual juga ada yang tidak dapat kembali secara spontan ataupun manual akibat terjadi perlengketan antara isi hernia dengan dinding kantong hernia sehingga isi hernia tidak dapat dimasukkan kembali. Keadaan ini akan mengakibatkan kesulitan untuk berjalan atau berpindah sehingga aktivitas akan terganggu. Jika terjadi penekanan terhadap cincin hernia maka isi hernia akan mencekik sehingga terjadi hernia strangulate yang akan menimbulkan gejala illeus yaitu gejala abstruksi usus sehingga menyebabkan peredaran darah terganggu yang akan menyebabkan kurangnya suplai oksigen yang bisa menyebabkan Iskemik. Isi hernia ini akan menjadi nekrosis.
Kalau kantong hernia terdiri atas usus dapat terjadi perforasi yang akhirnya dapat menimbulkan abses lokal atau prioritas jika terjadi hubungan dengan rongga perut. Obstruksi usus juga menyebabkan penurunan peristaltik usus yang bisa menyebabkan konstipasi. Pada keadaan strangulate akan timbul gejala illeus yaitu perut kembung, muntah dan obstipasi pada strangulasi nyeri yang timbul lebih berat dan kontinyu, daerah benjolan menjadi merah.
(Manjoer, Arif, 2000 : 314 – 315, Syamsuhidayat, 1998 : 706)
D. Manifestasi Klinis
Umumnya pasien mengatakan turunnya selangkangan atau kemaluan. Benjolan tersebut bisa mengecil atau menghilang pada waktu tidur dan bila menangis, mengejan atau mengangkat benda berat atau bila posisi berdiri bisa timbul kembali. Bila telah terjadi komplikasi dapat ditemukan nyeri.
Keadaan umum pasien biasanya baik. Bila benjolan tidak tampak, pasien dapat disuruh mengejan dengan menutup mulut dalam posisi berdiri. Bila ada hernia maka akan tampak benjolan. Bila memang sudah tampak benjolan, harus diperiksa apakah benjolan tersebut dapat dimasukkan kembali. Pasien diminta berbaring, bernapas dengan mulut untuk mengurangi tekanan intraabdominal, lalu skrotum diangkat perlahan-lahan. Diagnosis pasti hernia pada umumnya sudah dapat ditegakkan dengan pemeriksaan klinis yang teliti.

Keadaan cincin hernia juga perlu diperiksa. Melalui skrotum jari telunjuk dimasukkan ke atas lateral dari tuberkulum pubikum. Ikuti fasikulus spermatikus sampai ke anulus inguinalis internus. Pada keadaan normal jari tangan tidak dapat masuk. Pasien diminta mengejan dan merasakan apakah ada massa yang menyentuh jari tangan: Bila massa tersebut menyentuh ujung jari maka itu adalah hernia inguinalis lateralis, sedangkan bila menyentuh sisi jari maka diagnosisnya adatah hernia inguinalis medialis.
E. Komplikasi
1. Terjadi perlengketan antara isi hernia dengan dinding kantong hernia sehingga isi her¬nia tidak dapat dimasukkan kembali. Keadaan ini disebut hernia inguinalis ireponibilis. pada keadaan ini belum ada ada gangguan penyaluran isi usus. Isi hernia yang tersering menyebabkan keadaan ireponibilis adalah omentum, karena mudah melekat pada dinding hernia dan isinya dapat menjadi lebih besar karena infiltrasi lemak. Usus besar lebih sering menyebabkan ireponibilis daripada usus halus.
2. Terjadi penekanan terhadap cincin hernia akibat makin banyaknya usus yang masuk. Keadaan ini menyebabkan gangguan aliran isi usus diikuti dengan gangguan vaskular (proses strangulasi). Keadaan ini disebut hernia inguinalis strangulata.

Pada keadaan strangulata akan timbul gejala ileus, yaitu perut kembung, muntah, dan obstipasi. Pada strangulasi nyeri yang timbul lebih hebat dan kontinyu, daerah benjolan menjadi merah, dan pasien menjadi gelisah.
F. Penatalaksanaan
Pada hernia inguinalis reponibilis dan ireponibilis dilak-ukan tindakan bedah elektif karena ditakutkan terjadinya komplikasi, sebaliknya bila telah terjadi proses strangulasi tindakan bedah harus dilakukan secepat mungkin sebelum terjadinya nekrosis usus.
Prinsip terapi operatif pada hernia inguinalis:
1. Untuk memperoleh keberhasilan maka faktor-faktor yang menimbulkan terjadinya her¬nia harus dicari dan diperbaiki (batuk kronik, prostat, tumor, asites, dan lain-lain). Dan defek yang ada direkonstruksi dan diaproksimasi tanpa tegangan.
2. Sakus hernia indirek harus di isolasi, dipisahkan dari peritoneum, dan diligasi. Anak-anak yang mempunyai anatomi inguinal normal, repair hanya terbatas pada ligasi tinggi, memisahkan sakus, dan mengecilkan cincin ke ukuran yang semestinya. Pada kebanyakan hernia orang dewasa, dasar inguinal juga harus direkonstruksi. Cincin inguinal juga dikecilkan. Pada wanita, cincin inguinal dapat ditutup total untuk mencegah rekurenasi dari tempat yang sama.
3. Hernia rekuren yang terjadi dalam beberapa bulan atau setahun biasanya menunjukkan adanya repair yang tidak adekuat. Sedangkan rekuren yang terjadi setelah dua tahun atau lebih cenderung disebabkan oleh timbulnya kelemahan yang progresif pada fasia pasien.. Rekurensi berulang setelah repair berhati-hati yang dilakukan oleh seorang ahli menunjukkan adanya defek dalam sintesis kolagen.
Tindakan bedah pada hernia adalah henioplasty dan herniorafy. Pada bedah elektif, kanalis dibuka, isi hernia dimasukkan, kantong diikat, dan dilakukan Bassinplasty atau. tekan yang lain untuk memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis. .
Pada bedah darurat, prinsipnya hampir sama dengan bedah elektif. Cincin hernia langsuag dicari dan dipotong. Usus halus dilihat vital atau tidak. Bila vital dikembalikan ke rongga perut, sedangkan bila tidak, dilakukan reseksi dan anastomosis end to end. Untuk fasilitas dan keahlian terbatas, setelah cincin hernia dipotong dan usus dinyatakan vital langsung tutup kulit dan dirujuk ke rumah sakit dengan fasilitas lebih lengkap.
(Mansjoer Arif, 2000 : 315)
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Foto Abdomen
Dapat menyatakan adanya kengerasan material pada apendiks (fekalit), ileus terlokalisis.
2. Urinalisis
Munculnya bakteri yang mengidentifikasi infeksi.

3. Elektrolit
Ketidakseimbangan akan menunggu fungsi organ, misalnya penurunan kalium akan mempengaruhi kontraktilitan otot jantung, mengarah kepada penurunan curah jantung.
4. AGD (Analisa Gas Darah)
Mengevaluasi status pernafasan terakhir.
5. ECG (Elektrocardiograf)
Penemuan akan sesuatu yang tidak normal membutuhkan prioritas perhatian untuk memberikan anestesi (Doengoes, 2000 : 902).
H. Fokus Pengkajian
Adapun data-data yang menjadi data focus dari hernia adalah sebagai berikut :
1. Aktivitas/istirahat
Gejala : Kelemahan, riwayat pekerjaan yang perlu mengangkat berat, tidak mampu melakukan aktivitas yang biasdanya dilakukan.
Tanda : Gangguan dalam berjalan, kelemahan ambulasi
2. Eliminasi
Gejala : Konstipasi, tidak dapat flaktus
Tanda : Adanya retensi urine atau inkontinensia urine
3. Makanan/cairan
Gejala : Hilangnya nafsu makan, mual, muntah
Tanda : BB turun, dehidrasi, lemas otot
4. Nyeri/kenyamanan
Gejala : Nyeri tekan pada kwadran bawah, semakin memburuk dengan adanya batuk, bersin, mengangkat benda berat, defekasi, nyeri tak ada hentinya/ada episode nyeri yang lebih berat secara intermiten.
Tanda : Prubahan gara berjalan, nyeri tekan abdomen
5. Keamanan
Gejala : Peningkatan suhu 39.6 - 400C
(Doengoes Marilyn E, 2000 : 472)

I. Pathway (Mansjoer. Arif, 2000 : 314-315 ; Syamsuhidayat, 1998 : 706 ; NANDA, 2005 ; Doengoes, 2000)



J. Diagnosa keperawatan.
Dari teori tentang Post Operasi Hernioraphy, dapat ditarik beberapa diagnose antara lain :
1. Nyeri berhubungan dengan diskontinuitas jaringan.
2. Imobilitas fisik berhubungan dengan keterbatasan gerak.
3. Resiko infeksi berhubungan dengan proses invasi kuman.
4. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi mengenai penyakitnya.
5. Konstipasi berhubungan dengan penurunan peristaltic usus.
(NANDA, 2005 ; Doengoes, 2000)
K. Fokus Intervensi
1. Nyeri berhubungan dengan diskontinuitas jaringan.
(Carpenito, 2000 : 782)
Tujuan : Menunjukkan nyeri berkurang atau hilang
Kriteria hasil : - Pasin melaporkan nyeri hilang /terkontrol
- normal
Intervensi
a. Kaji nyeri, catat lokasim intensitas (Skala 0 – 10)
Rasional : Membantu mengevaluasi derajat ketidaknyamanan dan keefektifan analgesic atau dapat menyatakan terjadinya komplikasi.

b. Pantau tanda-tanda vital
Rasional : Respons autoromik meliputi perubahan pada TD, nasi dan pernafasan yang berhubungan dengan keluhan/penghilangan nyeri.
c. Dorong Ambulasi diri
Rasional : Meningkatkan normalisasi fungsi organ contoh merangsang perstaltik dan lelancaran flaktus.
d. Ajarkan teknik relaksasi dan Distraksi
Rasional : Meningkatkan ostirahat, memusatkan kembali perhatian dapat meningkatkan koping.
e. Kolaborasi Pemberian Obat Alagetik
Rasional : Memberikan penurunan nyeri hebat
(Doengos Marillyn, 2000 : 523)
2. Imobilitas fisik berhubungan dengan keterbatasan gerak
Tujuan : Pasien dapat beraktivitas dengan nyaman
Kriteria hasil : - Menunjukkan mobilitas yang aman
- Meningkatkan kekuatan dan fungsi bagian tubuh yang sakit
a. Berikan aktivitas yang disesuaikan dengan pasien
Rasional : Imbolitas yang dipaksakan dapat memperberat keadaan.
b. Anjurkan pasien untuk beraktivitas sehari-hari dalam keterbatasan pasien
Rasional : Partisipasi pasien akan meningkatkan kemandirian pasien.
c. Anjurkan keluarga dalam melakukan meningkatkan kemandirian pasien
Rasional : Keterbatasan aktivitas bergantung pada kondisi yang khusus tetapi biasanya berkembang dengan lambat sesuai toleransi
d. Kolaborasi dalam pemberian obat
Rasional : Obat dapat meningkatkan rasa nyaman dan kerjasama pasien selama melakukan aktivitas.
(Doengoes Marillyn, 2000 : 324)
3. Konstipasi berhubungan dengan penurunan aktivitas fisik
Tujuan : Pasien dapat BABdengan lancar
Kriteria hasil : - Membuat kembali normal dari fungsi usus
- Mengeluarkan fases lunak/konsisten agak berbentuk tanpa mengejan.
Intervensi
a. Catat adanya distensi dan auskultasi peristaltic usus
Rasional : Distensi dan hilangnya peristaltic usus merupakan tanda bahwa fungsi defekasi hilang.
b. Anjurkan untuk melakukan ambulasi sesuai kemampuan.
Rasional : Menstimulasi peristaltic yang memfasilitasi kemungkinan terbentuknya usus.
c. Koaborasi dalam meningkatkan diet sesuai toleransi pasien
Rasional : Makanan padat akan dimulai pemberiannya sampai peristaltic kembali timbul.
d. Kolaborasi dalam pemberian supositoria/anama bila diperlukan
Rsional : Meningkatkan kebiasaan defekasi yang normal.
e. Kolaborasi dalam pemberian obat laksatif (Pelembek Feses)
Rasional : Membedakan fases, meningkatkan fungsi defektasi sesuai kebiasaan
(Doengoes Marillyn, 2000 : 334)
4. Resiko Infeksi berhubungan dengan prosedur invasive
Tujuan : Tidak terjadi infeksi
Kriteria Hasil : - tanda-tanda cital dalam batas normal
- Luka kering tidak ada pus
Intervensi :
a. Pantau tanda-tanda vital
Rasional : Suhu malam hari memucak yang kembali ke normal pada pagi hari adalah karakteristik infeksi.

b. Observasi penyatuan luka, karakter drainase, adanya inflamasi
Rasional : Perkembangan infeksi dapat memperlambat pemulihan
c. Pertahankan keperawatan luka aseptic
Rasional : Lindungi pasien dari kontaminasi selama pengantian
d. Pertahankan balutan kering
Rasional : Balutan basah bertindak sebagai sumbu penyerapan kontaminasi.
e. Kolaborasi dalam pemberian obat-obatan sesuai indikasi
Rasional : Diberikan untuk mengatasi nyeri-nyeri
(Doengoes Marilyn E, 2000 : 502)
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang penyakitnya.
Tujuan : Keluarga dan pasien mengetahui dan memahami tentang penyakitnya.
Kriteria Hasil : - Pasien dan keluarga mengungkapkan pamahaman tentang proses penyakitnya.
Intervensi
a. Tinjau ulang pengetahuan pasien dan keluarga
Rasional : Memberikan dasar pengetahuan dimana pasien dan keluarga fapat membuat pilihan berdasarkan informasi.
b. Libatkan keluarga dalam proses penyembuhan
Rasional : Keluarga dapat melakukan perawatan sepulang dari RS
c. Anjurkan pasien untuk menghindari aktivitas berat
Rasional : Aktivitas berat dapat memperparah keadaan hernia.
d. Kaji ulang proses penyakit, factor penyebab terjadinya
Rasional : Pengetahuan dasar yang akurat memberikan kesempatan pasien untuk membuat pilihan tentang masa depan dan control penyakit kronis.
(Doengoes Marilyn E, 2000 : 512)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar