Rabu, 23 Desember 2009

DIABETES MELITUS

DIABETES MELITUS

1. Diabetes Melitus
Peneliti menyatakan bahwa “Diabetes melitus adalah merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia” ( Smeltzer, 2001, p.1224).
Peneliti menyatakan bahwa “Diabetes melitus adalah gangguan metabolisme yang secara genetik dan klinik termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat” (Price, 2005, p.449).
Peneliti menyatakan bahwa “Ulkus adalah destruksi membran mukosa atau kulit dengan etiologi apapun sehingga terbentuk lubang, kawah atau lekukan” ( Hincliff, 1999, p.449).
2. Hipertensi
Peneliti menyatakan bahwa “Hipertensi adalah tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya diatas 145 mmHg dan tekanan diastoliknya diatas 90 mmHg” (Smeltzer, 2000, p.896).
Peneliti menyatakan bahwa “Klasifikasi Diabetes Melitus
a. Tipe I : Diabetes melitus tergantung insulin (Insulin Dipendent Diabetes melitus / IDDM)

b. Tipe II :Diabetes melitus tidak terkandng insulin (Non Insulin Dipendent Diabetes Melitus / NIDDM)
c. Diabetes melitus yang berhubungan dengan kelainan lainnya
d. Diabetes melitus Gestasional” ( Smeltzer, 2001, p.1224 ).
B. Etiologi / Penyebab
Menurut Smeltzer (2001, p.1224 ) :
1. Diabetes Melitus
a. Tipe I Insulin Dipendent Diabetes Melitus / IDDM
Terjadi destruksi sel beta yang disebabkan oleh :.
1) Faktor genetik
Penderita DM tidak mewarisi diabetes tipe I, tetapi mewarisi suatu kecenderungan kearah terjadinya diabetes tipe I. Kecenderungan dilakukan pada individu dengan antigen HLA (Human Leucosite Antigen yang spesifik).
2) Faktor imunologi
Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon autoimun, ini merupakan respon abnormal dimana antibodi terarah pada jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai benda asing.
3) Faktor lingkungan
Hasil penyelidikan menyebutkan bahwa virus atau toksin tertentu dapat memicu destruktif sel beta.

b. Tipe II Non Insulin Dipendent Diabetes Melitus / NIDDM
Disebabkan oleh mekanisme yang tepat yang menyebabkan destruktif insulin dari gangguan sekresi insulin pada diabetes tipe II belum diketahui faktor genetik diperkirakan memegang peranan dalam terjadinya resistensi insulin. Selain itu terdapat pula faktor-faktor resiko tertentu yang berhubungan dengan proses terjadinya diabetes melitus tipe II yaitu :.
1) Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 tahun)
2) Obesitas
3) Riwayat keluarga
4) Kelompok etnik.
c. Diabetes melitus yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom lainnya bisa disebabkan karena :
1) Penyakit Pankreas
2) Sindrom Chusing
3) Akromegali .
d. Diabetes melitus gestasional (Gestasional Diabetes Melitus)
Gastasional diabetes melitus yang timbul selama kehamilan disebabkan karena.
1) Obesitas
2) Usia diatas 30 tahun
3) Riwayat diabetes melitus dalam keluarga
4) Pernah melahirkan bayi besar (lebih dari 4,5 kg)

2. Hipertensi
Berdasarkan ada atau tidaknya penyebab hipertensi terbagi menjadi 2 golongan :.
a. Hipertensi primer
1) Genetik.
Peneliti menyatakan bahwa “Adanya bukti kejadian hipertensi lebih banyak dijumpai pada pasien kembar monozigot daripada heterozigot, jika salah satu diantaranya menderita hipertensi, maka faktor genetik mempunyai pengaruh terhadap timbulnya hipertensi” (Waspadji, 2001, p.456).
2) Obesitas
Peneliti menyatakan bahwa “Obesitas akan meningkatkan metabolisme tubuh sehingga akan menambah beban ke jantung dan kebutuhan O2 sehingga dapat terjadi hipertensi” (Waspadji, 2001, p.458).
b. Hipertensi sekunder
Yaitu hipertensi yang dapat diketahui penyebabnya, 5% diketahui dari : .
1) Penyakit ginjal
Peneliti menyatakan bahwa “Disebabkan oleh stenosis arteri ginjal yang merupakan penyebab utama hipertensi sekunder, selain itu pada ginjal dipengaruhi oleh pengeluaran sodium dan mekanisme angiotensin dapat meningkatkan tekanan darah” (Waspadji, 2001, p.474).
2) Sindrom Cushing
Peneliti menyatakan bahwa “Dimana terjadi peningkatan sekresi angiotensin yang akan mengakibatkan vasokontriksi” (Waspadji, 2001, p.480).
3) Peneliti menyatakan bahwa “Menggunakan pil KB yang berhubungan dengan kehamilan karena esterogen dapat merangsang pembentukan angiostensin di hati. Kehamilan terkait dekat pre eklamsi orang hamil biasnya tekanan darahnya labil sehingga pembuluh darah mengalami hipersensivitas akibat penurunan curah jantung yang berakibat pada penurunan filerasi jantung” (Waspadji, 2001, p.407)
Penyebab hipertensi Menurut Price (2006) :
Merokok (nikotin yang dihasilkan merangsang sistem saraf otonom untuk mengeluarkan kolekolamin sehingga meningkatkan vasokontriksi pembuluh darah)
Obesitas (obesitas meningkatkan kerja jantung dan kebutuhan O2 lemak tubuh yang berlebihan dapat meningkatkan terbentuknya kolesterol dalam pembuluh darah sehingga hal ini dapat memicu terbentuknya arteroklerosis)
Lingkungan (lingkungan dapat menimbulkan stress psikososial, sudah diketahui bahwa stress menyebabkan pelepasan katekolamin).

C. Patofisiologi
Pada diabetes tipe I terdapat ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin karena sel-sel beta telah dihancurkan oleh proses autoimun dan pada diabetes tipe II terdapat dua masalah utama yang berhubungan dengan insulin yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin, secara umum pada kedua tipe diatas ini akan meningkatkan konsentrasi glukosa darah sehingga ginjal tidak dapat menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar, akibatnya glukosa tersebut muncul dalam urine (glukosuria). Ketika glukosa berlebihan diekskresikan kedalam urine ini, akan disertai pengeluaran dan elektrolit yang berlebihan. Keadaan ini dinamakan diuresis sebagai akibat kehilangan cairan yang berlebihan, sehingga terjadi peningkatan dalam berkemih (poliuria) dan rasa haus (polidipsi), sedangkan polifagia terjadi karena glukosa tidak mampu diserap oleh pankreas, sedangkan polifaagia terjadi karena glukosa tidak mampu diserap oleh pankreas, akibatnya sel tubuh mengalami penurunan asupan nutrisi sehingga tubuh merespon dengan mengkonsumsi banyak makan, tetapi makanan ini tidak dapat mengalami metabolisme sehingga sel tubuh akan mengalami rasa lapar dan ingin makan secara terus menerus (polifagia) sampai keadaan pankreas dapat kembali berfungsi secara normal.
Defisiensi insulin mengganggu metabolisme protein dan lemak sehingga timbul gejala kelelahan atau kelemahan. Defisiensi insulin menyebabkan tidak terkendalinya glukoneogenesis dan glikogenesis, disamping itu akan terjadi pemecahan lemak yang menyebabkan peningkatan produksi lemak dan badan keton yang mengakibatkan ketoasidosis yang dapat menyebabkan tanda-tanda dan gejala seperti nyeri abdomen, mual, muntah, hiperventilasi, nafas berbau aseton. Bila tidak ditangani akan menimbulkan perubahan kesadaran (koma) bahkan kematian. Komplikasi jangka panjang dapat menyerang semua sistem tubuh. Kategori komplikasi kronis diabetes yang lazim digunakan adalah penyakit kardiovaskuler, mikrovaskuler, neuropati, berbagai penyakit makrovaskuler dapat terjadi tergantung pada lokasi aterosklerosis seperti penyakit arterikoroner, penyakit cerebravaskuler, penyakit vaskuler perifer. Komplikasi mikrovaskuler meliputi pada retinopati dan nefropati, kelainan patologis mata yang disebut retinopati diabetik disebabkan oleh perubahan dalam pembuluh darah kecil pada retina mata.
Perubahan aterosklerosis dalam pembuluh darah cerebral dapat menimbulkan serangan iskemik yang terjadi akibat obstruksi. Obstruksi dapat disebabkan oleh bekuan (trombus) yang terbentuk didalam satu pembuluh otak atau organ distal. Pada trombus vaskuler distal, bekuan dapat terlepas, atau mungkin terbentuk didalam suatu organ seperti jantung, dan kemudian dibawa melalui sistem arteri ke otak sebagai suatu embolus.
Embolus-embolus ini menempel pada dinding pembuluh darah sehingga pembuluh darah menjadi kaku atau tidak elastis. Hal ini sering disebut arteriosklerosis. Kondisi ini menyebabkan penyempitan pembuluh darah yang berdampak pada terjadinya peningkatan tekanan vaskuler serebral. Gejala-gejala yang muncul akibat proses ini adalah nyeri kepala, kaku di tengkuk.

D. Pathway

E. Manifestasi Klinis
Menurut Sylvia (2005, p.1263) :
1. Diabetes Melitus
a. Polifagia
Yaitu keinginan untuk makan meningkat atau rasa lapar karena energi yang dihasilkan sedikit, fungsi sel-sel menurun dan menjadi lemah, kurang tenaga, lesu, sehingga merangsang syaraf vagus meningkat produksi growht harmone dengan aday peningkatan growht hormone maka rasa lapar akan terstimulasi sehingga pasien akan makan dalam jumlah banyak tetapi BB menurun.
b. Polidipsia
Yaitu keinginan untuk minum banyak atau rasa haus karena terjadi pengeluaran urine yang berlebihan mengakibatkan kekurangan cairan / dehidrasi sehingga rasa haus akan terstimulasi dan pasien minum dalam jumlah banyak.
c. Poliuria
Peningkatan pengeluaran kemih dan urine karena diuretik osmotik yang mengakibatkan perpindahan cairan dari intraseluler ke ekstravaskuler (interstitial dan intra vaskuler) sehingga terjadi peningkatan volume ekstrase yang akibatnya dikeluarkan oleh ginjal lebih dari 1500 ml/hari.

d. Kelainan kulit
Hal ini terjadi karena akumulasi kristal uremik atau karena jamur.
e. Kelainan ginekologis
Misalnya : keputihan disebabkan karena kendala / jamur
f. Kesemutan rasa baal akibat sudah terjadinya neuropati sehingga terjadi perubahan sensorik pada ekstremitas
g. Kelemahan tubuh akibat ketidakmampuan mengubah glukosa menjadi glikogen sehingga energi yang dihasilkan sedikit dan juga akibat oleh adanya anemi sehingga fungsi kemampuan darah membawa oksigen ke sel-sel tubuh menurun.
h. Infeksi saluran kemih karena nevogenik bladder akibat neuropati autonom yang menyebabkan timbulnya sisa urine dalam kandung kemih yang merupakan resevoir infeksi.
i. Kadar gula darah sewaktu dan puasa dengan metode enzimetik sebagai patokan penyaring dan diagnosa DM (mg/dl)
j. Gejala awal dari penderita DM adalah :
1) Poliuri
2) Polidipsi
3) Polifagia
4) Lemah
5) Turunnya BB
6) Mengantuk

2. Hipertensi
Peneliti menyatakan bahwa
a. Sakit kepala
b. Epistaksis
c. Telinga berdengung
d. Rasa tengkuk berat
e. Mata berkuang-kunang Klasifikasi (Mansjoer 1999, p.518).
Komplikasi :
Peneliti menyatakan bahwa “Komplikasi yang terjadi pada penyakit hipertensi :
a. Gangguan penglihatan
b. Stroke
c. Penyakit jantung” (Mansjoer, 1999, p.518).
F. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Doenges (2000, p.728) :
1. Diabetes Melitus
a. Glukosa darah : meningkat 100-200 mg/dl atau lebih
b. Aseton plasma (keton) : positif secara mencolok.
c. Asam lemak bebas : kadar lipid dan kolesterol meningkat
d. Osmolatitias serum : meningkat tetapi biasanya kurang dari 330 MOsm/p
e. Elektrolit
Natrium : mungkin normal, meningkat, menurun
Kalium : normal / peningkatan semu (perpindahan seluler) selanjutnya akan menurun
Fosfor : lebih sering menurun
f. Ureum / kreatinin : mungkin meningkat / normal (dehidrasi) penurunan fungsi ginjal
g. Insulin darah : mungkin menurun / bahkan sampai tidak ada (pada tipe I) atau normal sampai tinggi (tipe II) yang mengidentifikasi insufisiensi insulin/ gangguan dalam penggunaan (endogen / eksogen) resistensi insulin dapat berkembang sekunder bertahap pembentukan antibodi (autoantibodi)
h. Pemeriksaan fungsi tiroid : peningkatan aktivitas hormon tiroid dapat meningkatkan glukosa darah dan kebutuhan akan insulin.
i. Urine, gula dan aseton (+), berat jenis dan asmolaritas mungkin meningkat.
j. Kultur dan sensitivitas kemungkinan adanya infeksi pada saluran kemih, infeksi pernafasan dan infeksi pada luka.
2. Hipertensi
Peneliti menyatakan bahwa
a. Urinalisa
b. Kimia darah ( kalium, natrium, kreatinin, gula darah, puasa, kolesterol total, kobitral HDL dan EKG )
c. Pemeriksaan tambahan seperti protein 24 jam, asam urat, kolesterol LDL, TSH, dan ekookardiograf” Mansjoer (1998, p.518).
G. Fokus Pengkajian
Menurut Doenges (2000, p. 39-41) :
1. Diabetes melitus
a. Aktivitas / istirahat :
Gejala : Lemah, letih, sulit bergerak/berjalan, kram otot, tonus otot menurun, gangguan tidur atau istirahat
Tanda : Takikardia dan takipnea pada keadaan istirahat atau dengan aktivitas.
b. Sirkulasi
Gejala : Adanya riwayat hipertensi, infark miokart akut kaludikasi, kebas dan kesemutan pada ekstremitas, ulkus pada kaki, penyembuhan yang lama
Tanda : Takikardia
Perubahan tekanan darah postural, hipertensi
Nadi yang menurun atau tidak ada
Distritmia
Kulit panas, kering, dan kemerahan, bola mata cekung

c. Integritas ego
Gejala : Stress, tergantung pada orang lain
Masalah finansial yang berhubungan dengan kondisi
Tanda : Ansietas, peka rangsang.
d. Eliminasi
Gejala : Perubahan pola berkemih (poliuria), nokturia
Rasa nyeri / terbakar, kesulitan berkemih, ISK baru atau berulang
Nyeri tekan abdomen
Diare
Tanda : Urine encer, pucat, kuning, poliuria (dapat berkembang menjadi oliguria/anuria jika terjadi hipovolemia berat)
Urine berkabut, bau busuk (infeksi)
Abdomen keras,adanya asites.
Bising usus lemah dan menurun, hiperaktif (diare).
e. Makanan / cairan
Gejala : Hilang nafsu makan
Mual / muntah
Tidak mengikuti diet, peningkatan masukan glukosa / karbohidrat
Penurunan berat badan lebih dari periode beberapa hari atau minggu
Penggunaan diuretik (tiazid)
Tanda : Kulit kering/bersisik, turgor jelek
Kekakuan / distensi abdomen, muntah
Pembesaran tiroid (peningkatakan kebutuhan metabolik dengan peningkatan gula darah)
Bau halitosis / manis, bau buah (nafas aseton).
f. Neurosensori
Gejala : Pusing / pening
Sakit kepala
Kesemutan, kelemahan pada otot, parestesia
Gangguan penglihatan
Tanda : Disorientasi, mengantuk, letargi, stupor/koma (tahap lanjut), gangguan memori (baru, masa lalu) kacau mental
Refleks tendon dalam (RTD) menurun (koma)
Aktivitas kejang (tahap lanjut dari DKA).
g. Nyeri / kenyamanan
Gejala : Abdomen yang tegang / nyeri (sedang/berat)
Tanda : Wajah meringis dengan palpasi tampak sangat berhati-hati
h. Pernafasan
Gejala : Merasa kekurangan oksigen, batuk dengan / tanpa sputum purulem (tergantung adanya infeksi /tidak)
Tanda : Lapar udara
Batuk, dengan / tampa sputum purulen (Infeksi)
Frekuensi pernafasan.

i. Keamanan
Gejala : Kulit kering, gagal, ulkus kulit
Tanda : Demam, diaferesis
Kulit rusak, lesi / ulserasi
Menurunnya kekuatan umum / rentang gerak
Parestesia/paralisis otot termasuk otot-otot pernafasan (jika kadar kalium menurun dengan cukup tajam).
j. Seksualitas
Gejala : Rabas vagina (cenderung infeksi)
Masalah impotensi pada pria, kesulitan orgasme pada wanita .
k. Penyuluhan / Pembelajaran
Gejala : Faktor risiko keluarga : DM, pnyakit jantung, stroke hipertensi, penyembuhan yang lambat.
Penggunaan obat seperti steroid, diuretik (tiazid)
Dilantin dan terobarbital (dapat meningkatkan kadar gula darah)
Mungkin atau tidak memerlukan obat diuretik sesuai pesanan.

2. Hipertensi
a. Aktivitas Istirahat
Gejala : Kelelahan, nafas pendek, gaya hidup monoton
Tanda : Frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, Takipnea
b. Sirkulasi
Gejala : Riwayat hipertensi, arteri sklerosis, penyakit jantung koroner / katup dan penyakit cerebrovaskuler.
Tanda : Kenaikan tekanan darah (pengukuran serial dari kenaikan tekanan darah diperlukan untuk menegakkan diagnosis)
Hipotensi postural (mungkin berhubungan dengan regimen obat)
Nadi : Denyutan jelas dari karotis, jugularis, radialis, perbedaan denyut seperti : Denyut femoral melambat sebagai kompensasi denyutan radialis atau brakhialis, denyut popliteal, jibrialis posterior, pedialis tidak teraba / lemah.
Frekuensi / irama : takikardia, berbagai disritmia.
Bunyi jantung : perubahan wana kulit, suhu dingin (vasokontriksi) kulit pucat, sianosis dan diaforesis (kongesti hipoksia).

c. Integritas Ego
Gejala : Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euforia atau marah kronik (dapat mengidentifikasi kerusakan serebral) faktor-faktor stres mutibel (keuangan yang berkaitan dengan pekerjaan)
Tanda : Letupan Suasana hati, gelisah, penyempitan kontinue perhatian, tangisan meledak.
d. Eliminasi
Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu (seperti infeksi / obstruksi atau riwayat penyakit ginjal masa lalu)
e. Makanan / Cairan
Gejala : Makanan yang disukai, yang dapat mencakup makanan tinggi garam, tinggi lemak, tinggi kolesterol (seperti makanan yang digoreng, keju, telur) gula- gula yang berwarna hitam, kandungan tinggi kalori.
Mual muntah
Perubahan BB akhir – akhir ini ( meningkat / turun )
Riwayat penggunaan diuretik
Tanda : BB normal / obesitas.
Adanya oedema (mungkin umur/tertentu), glikosuria (hampir 10% pasien hipertensi adalah diabetik)

f. Neuro sensori
Gejala : Keluhan pusing / pening.
Berdenyut, sakit kepala suboksipital (terjadi bangun dan menghilang secara spontan setelah beberapa jam)
Episode kebas / kelemahan pada satu sisi tubuh gangguan penglihatan (diplopia : penglihatan kabur)
Episode epistaksis.
Tanda : Status mental, perubahan keterjagaan, orientasi, pola isi bicara, afek, proses fikir, memori ( ingatan)
Respon motorik, penurunan kekuatan gangguan tangan dan / reflek tendon dalam
Perubahan – perubahan retina optik, dari sklerosis / penyimpitan arteri ringan sampai berat dan perubahan sklerotik dengan edema atau popiledema, eksudat, haemoragie, tergantung pada berat / lamanya hipertensi.
g. Nyeri / ketidaknyamanan
Gejala : Angina (penyakit arteri koroner / keterlibatan jantung)
Nyeri hilang timbul pada tungkai/ klaudikasi (indikasi arteriosklerosis pada arteri ekstermitas bawah)

Sakit kepala oksipital berat seperti yang pernah terjadi sebelumnya.
Nyeri abdomen / massa ( feokromositoma)
h. Pernafasan
(Secara umum berhubungan dengan efek kardio pulmunal tahap lanjut dan hipertensi menetap / berat).
Gejala : Dispnea yang berkaitan dengan aktivitas / kerja takipnea, ortopnea, dispnea, noktural proksimal batuk / tanpa pembentukan sputum
Riwayat merokok.
Tanda : Distress respirasi / penggunaan obat aksesori pernafasaan.
Bunyi nafas tambahan (krakles / mengi), Sianosis
i. Keamanan :
Keluhan gejala / : Gangguan koordinasi / cara berjalan
Epidose parestesi unilateral transien
Hipotensi postural.
j. Pembelajaran / penyuluhan :
Gejala : Faktor–faktor resiko keluarga : Hipertensi, artisklerosis, penyakit jantung, DM, penyakit cerebro vaskuler / ginjal.

H. Diagnosa Keperawatan
1. Diabetes Melitus
a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik (dari hiperglikemia)
b. Nyeri berhubungan dengan diskontinuitas jaringan
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia
d. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan diskontinuitas jaringan
e. Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik
f. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan kadar glukosa tinggi, penurunan fungsi leukosit, perubahan pada sirkulasi
g. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kelelahan
2. Hipertensi
a. Penurunan curah jantung berhubungan dengan tekanan perifer meningkat.
b. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan pemuluh darah.
c. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan diplopia
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan otot
e. Gangguan pemenuhan nutrisi berhubungan dengan anoreksia.

I. Fokus Intervensi
1. Diabetes Melitus
a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuretis asmotik (dari hiperglikemia)
Tujuan : Kebutuhan ciran terpenuhi
Kriteria hasil : Tanda vital stabil, turgor kulit dan pengisian kapiler baik, pengeluaran urine dalam batas normal
Intervensi :
1) Pantau tanda-tanda vital, catat adanya perubahan tekanan darah abstatik
2) Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit dan membran mukosa
3) Pantau masukan dan pengeluaran cairan
4) Ukur berat badan tiap hari
5) Pertahankan untuk memberikan cairan paling sedikit 250 ml tiap hari
6) Berikan lingkungan yang nyaman (Doenges, 1999, p. 732)
b. Nyeri berhubungan dengan dikonsinuitas jaringan
Tujuan : Nyeri berkurang / hilang
Kriteria hasil : Pasien melaporkan nyeri berkurang, ekspresi wajah rileks

Pasien dapat melakukan tehnik manajeman nyeri
Intervensi :
1) Tanyakan intensitas nyeri
2) Jelaskan sebab-sebab nyeri
3) Anjurkan untuk istirahat
4) Ajarkan tehnik menajeman nyeri
5) Kolaborasi pemberian analgetik (Carpenito, 2000 p. 782)
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan diskontinuitas jaringan
Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria hasil : Mencerna jumlah kalori / nutrisi yang tepat, menunjukkan tingkat energi biasanya, 88 stabil
Intervensi :
1) Timbang berat badan tiap hari
2) Tentukan diet dan pola makan pasien
3) Auskultasi bising usus, catat nyeri abdomen, mual dan muntah
4) Observasi tanda-tanda hiperglikemia (perubahan kesadaran, kulit lembab atau dingin, denyut nadi cepat, lapar, pusing)

5) Observasi tanda-tanda hiperglikemia (perubahan kesadaran, kulit lembab atau dingin, denyut nadi cepat, lapar, pusing)
6) Libatkan keluarga pasien dalam perencanaan makanan sesuai dengan indikasi (Doenges 1989, p. 732)
d. Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik
Tujuan : Kelelahan berkurang / hilang
Kriteria hasil : Menunjukkan kemampuan untuk berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan, mengung-kapkan peningkatan energi
Intervensi :
1) Diskusikan dengan pasien kebutuhan untuk aktivitas
2) Berikan aktivitas alternatif dengan periode istirahat yang cukup
3) Pantau tanda-tanda vital sebelum dan sesudah melakukan aktivitas
4) Ajarkan pasien melakukan aktivitas sehari-sehari sesuai tingkat toleransi
e. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan dikontiunitas jaringan
Tujuan : Mencegah penyembuhan luka

Kriteria hasil : Tidak terjadi gangguan integritas kulit
Intervensi :
1) Identifikasi perkembangan ulkus
2) Bersihkan jaringan nekrotik
3) Bilas ulkus dengan cairan steril
4) Lakukan debridement sesuai dengan kebutuhan
5) Bersihkan permukaan kulit daerah sekitar luka (Doenges, 1999, p. 918)
f. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kadar glukosa tinggi, penurunan fungsi leukosit, perubahan pada sirkulasi
Tujuan : Infeksi tidak terjadi
Kriteria hasil : TTV dalam batas normal, tidak ada tanda-tanda radang pda sistem tubuh
Intervensi :
1) Observasi tanda-tanda infeksi dan peradangan
2) Pertahankan tehnik septik dan asepetik pada prosedur invasis
3) Anjurkan untuk minum dan makan adekuat
4) Berikan perawatan luka secara teratur
5) Berikan antibiotik yang sesuai (Doenges, 1999, p. 734)


g. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
Tujuan : Ansietas berkurang
Kriteria hasil : Melaporkan ansietas berkurang, tampak rileks
Intervensi :
1). Kaji tingkat rasa takut klien dan orang terdekat
2). Jelaskan prosedur / asuhan yang diberikan
3). Dorong pasien menyatakan masalah
4). Akut kenormalan perasaan pada situasi ini
5). Dorong orang terdekat berpartisipasi dalam asuhan. (Doenges, 1999, p. 644)
2. Hipertensi
a. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral.
Tujuan : Melaporkan nyeri / ketidaknyamanan terkontrol / hilang.
Kriteria hasil : Mempertahankan tekanan darah dalam rentang individu yang dapat diterima
Memperlihatkan irama dan frekuensi jantung stabil dalam rentang waktu normal
Intervensi :
1) Mempertahankan tirah baring selama fase akut.
Rasional : Meminimalkan stimulasi atau meningkatkan relaksasi.

2) Ajarkan teknik destraksi dan relaksasi.
Rasional : Mengontrol rasa nyeri.
3) Hilangkan atau minimalkan aktivitas vasokontriksi yang dapat meningkatkatkan tekanan pada kepala.
Rasional : Aktivitas vasokontriksi menyebabkan sakit kepala.
4) Kolaborasi pemberian analgetik.
Rasinal : Menurunkan/mengontrol nyeri, menurunkan rangsang System syaraf simpatis (Dengoes, 2000, p.41)
b. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan oedema.
Tujuan : Keseimbangan masukan dan pengeluaran
Tidak ada oedema.
Kriteria hasil : Menyatakan pemahaman tentang atau pembatasan cairan individual.
Intervensi :
1) Pantau haluaran urine, catat jumlah dan warna saat dimana diuresis terjadi
Rasional : Haluaran urine mungkin sedikit dan pekat (khususnya selama sehari karena penurunan perfusi ginjal.

2) Pantau atau hitung keseimbangan pemasukan dan pengeluaran selama 24 jam
Rasional : Terapi diuretic dapat disebabkan oleh kehilangan cairan tiba-tiba atau berlebihan meskipun oedema atau asites masih ada.
3) Kaji distensi leher dan penbuluh darah perifer.
Rasional : Retensi cairan berlebihan dapat dimanifestasikan oleh pembendungan vena dan pembentukan oedema.
4) Kaji bising usus, catat keluhan anoreksia, mual, distensi abdomen, konstipasi.
Rasional : Kongesti viseral dapat mengganggu fungsi gaster atau intestinal (Dengoes, 2000, p.59) :
c. Resiko injury berhubungan denagan diplopia
Tujuan : Pasien tidak mengalami cidera.
Kriteria hasil : Cidera dapat diminimalkan.
Intervensi :
1) Kaji tingkat aktivitas pasien.
Rasional : Untuk mengetahui sejauh mana aktivitas yang dilakukan oleh pasien
2) Anjurkan pasien untuk menghindari aktifitas yang membahayakan .
Rasional : Meminimalkan resiko cidera.

3) Bantu memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Rasional : Mengupayakan supaya pasien tidak banyak bergerak.
4) Berikan keamanan pada pasien dengan memberi bantalan pada penghalang tempat tidur.
Rasional : Meminimalkan resko jatuh. (Dengoes, 2000, p.56).
d. Intoleransi aktifitas berhubungan kelemahan otot
Tujuan : Berpartisipasi dalam aktivitas yang dapat diukur.
Kriteria hasil : Melaporkan peningkatan dalam toleransi aktivitas yang dapat diukur.
Menunjukkan penurunan dalam tanda-tanda intoleransi fisiologi.
Intervensi :
1) Kaji respon pasien terhadap aktivitas
Rasinoal : Menyebutkan parameter membantu dalam mengkaji respon fisiologi terhadap stress aktivutas dan bila ada merupakan indicator dan kelebihan kerja yang berkaitan dengan tingkat aktifitas.
2) Instruksikan menggunakan kursi saat mandi, duduk saat menyisir rambut dan sikat gigi, melakukan aktifitas dengan perlahan
Rasional : Teknik penghematan energi mengurangi penggunaan energi, juga membantu keseimbangan antara supply dan kebutuhan O2.
3) Berikan dorongan untuk melakukan aktivitas atau perawatan diri bertahap jika ditoleransi
Rasional : Kemajuan aktifitas bertahap mencegah peningkatan kerja jantung tiba-tiba. (Dengoes, 2000, p.45) :
e. Gangguan pemenuhan nutrisi berhubungan dengan anoreksia
Tujuan : Nafsu makan membaik.
Kriteria hasil : Melaporkan peningkatan nafsu makan
Tidak mual, tidak muntah
Intervensi :
1) Motivasi pasien untuk makan walaupun sedikit
Rasional : Kapasitas gaster turun kurang lebih 15 cm sehingga perlu makan sedikit tetapi sering
2) Ajarkan pada pasien untuk makan dalam keadaan hangat
Rasional : Dapat meningkatkan nafsu makan
3) Jelaskan pentingnya nutrisi untuk pasien
Rasional : Mengnalkan pasien tentang nutrisi yang dibituhkan
4) Hindari hal yang menyebabkan mual
Rasional : Mencegah muntah selama atau setelah makan
5) Kolaborasi pemberian obat anti emetic
Rasional : Mencegah rasa mual (Dengoes, 2000, p.51)
f. Kurang pengetahuan tentang cara perawatan dan rencana therapy pengobatan berhubungan dengan salah interprestasi informasi
Tujuan : Tidak terjadi salah unterprestasi informasi
Kriteria hasil : Pasien tahu dan mengerti tentang kondisi dan rencana therapy
Intervensi :
1) Jelaskan tentang hipertensi
Rasional : Memberi dasar untuk pemahaman tentang peningkatan tekanan darah
2) Bantu pasien dalam mengidentifikasi factor-faktor resiko kardiovaskuler yang dapat diubah misal : obesitas
Rasional : Factor-faktor ini telah menunjukkan hubungan dalam menunjang hipertensi, penyakit kardiovaskuler dan ginjal. (Dengoes, 2000, p.49) :
g. Gangguan pemenuhan istirahat tidur berhubungan dengan nyeri
Kriteria hasil : Dapat mengidentifikasi teknik menginduksi tidur
Melaporkan keseimbangan optimal dari istirahat dan aktifitas

Intervensi :
1) Atur prosedur untuk memberikan jumlah terkecil gangguan selama periode tidur
2) Batasi masukan minuman yang mengadung kafein setelah sore hari
3) Menyusun rutinitas relaksasi untuk persiapan tidur
4) Pertahankan ruang tidur sedikit dingin (Carpenito, 2000, p.382)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar